Skip to main content

GOLD-ISMIA Memperkenalkan Peralatan Pengolahan Emas Bebas Merkuri di Desa Hulawa, Kabupaten Gorontalo Utara

Sebagaimana persoalan yang sering ditemui pada pertambangan emas rakyat pada umumnya, mayoritas penambang di Desa Hulawa masih menggunakan cara tradisional dengan merkuri sebagai bahan kimia utama untuk mendapatkan emas. Hal itulah yang menjadi alasan terpilihnya Desa Hulawa sebagai salah satu lokasi proyek GOLD-ISMIA atau Global Opportunities for Long-term Development of Artisanal Small-scale Gold Mining (ASGM) Sector, Integrated Sound Management of Mercury in Indonesia’s ASGM.

Proyek GOLD-ISMIA diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan didukung United Nations Development Programme (UNDP), yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF) bertujuan untuk mengurangi atau menghapuskan penggunaan merkuri di sektor PESK. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah peralatan pengolahan emas bebas merkuri yang berskala perorangan bernama micro leaching tank (tangki perendaman mikro), yang telah dirancang oleh Gugum Gumelar, peneliti dari BPPT. Tangki perendaman mikro menggunakan sianida sebagai pengganti merkuri. 

Peralatan tangki perendaman mikro yang diperkenalkan GOLD-ISMIA kepada penambang PESK di Desa Hulawa, Gorontalo
Peralatan tangki perendaman mikro yang diperkenalkan GOLD-ISMIA kepada penambang PESK di Desa Hulawa, Gorontalo

 

Menurut Gugum, selama ini pengolahan emas cuma ada dua, yakni amalgamasi dan sianidasi. “Sianida juga merupakan senyawa berbahaya, namun tingkat keracunan sianida bisa dikurangi dengan melakukan pengolahan limbah yang baik dan benar” terang Gugum. “Walaupun menggunakan sianida tetapi limbah dari tangki perendaman mikro bisa diproses lebih lanjut dengan menambahkan drogen, untuk menetralkan sianida sisa dari proses sianidasi itu sampai benar-benar nol,” Gugum menambahkan. 

Penggunaan sianida yang terkontrol dan pengelolaan limbah yang baik, jauh lebih aman untuk jangka panjang dari pada penggunaan merkuri. Sianida lebih mudah ditangani karena unsur senyawa hanya terdiri C dan N, dimana C adalah carbon yang dapat terdegradasi dan menguap secara alami, dan N adalah Nitrogen yang berguna bagi tumbuhan nantinya.

Penggunaan tangki perendaman mikro untuk perorangan menggunakan sianida jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan pengolahan tradisional menggunakan merkuri. “Tangki perendaman mikro lebih murah cukup dengan 30 juta rupiah saja, kita menggunakan tangki air berukuran 650 liter yang bisa memuat batuanhingga 250 kg” ujar Gugum. Selain membutuhkan biaya lebih kecil dalam proses pembuatannya, alat ini juga mudah dirakit dan mudah untuk diangkut ke lokasi pertambangan. “Tujuan kita yaitu merubah kebiasaan masyarakat mengolah emas dari cara Amalgamasi, atau istilah di sini pakai tromol, ke proses Sianidasi,” ujarnya.

Suasana pelatihan penggunaan peralatan pengolahan emas bebas merkuri yang dilaksanakan pada 21-26 Februari 2021 di Desa Hulawa
Suasana pelatihan penggunaan peralatan pengolahan emas bebas merkuri yang dilaksanakan pada 21-26 Februari 2021 di Desa Hulawa, Gorontalo

 

Dalam kegiatan pelatihan penggunaan tangki leaching yang diadakan di Desa Hulawa pada 21 – 26 Februari 2020 yang lalu, Gugum menjelaskan proses perakita alat dan cara penggunaannya. Pelatihan Penggunaan Peralatan Pengolahan Emas Bebas Merkuri Skala Perorangan di Gorontalo Utara  diikuti oleh 30 peserta dan turut dihadiri unsur pemerintah dari tingkat Provinsi hingga pemerintah Desa. Masyarakat dan penambang emas di Desa Hulawa sangat antusias dengan pelatihan ini, karena mereka sudah menunggu-nunggu alternatif peralatan pengolahan emas yang tidak menggunakan merkuri, karena dalam beberapa tahun ke depan penggunaan merkuri akan benar-benar dilarang. Hal ini merupakan awal yang baik dalam menjaga desa ini sebagai Desa “Emas” untuk masa depan yang lebih baik.***

 

Tags